Jumat, 11 September 2015

Laa Tahzan!!
Jika tak ada pundak untuk bersandar,
Masih ada lantai untuk bersujud..

Adalah sebuah coretan singkat yang tertera pada sebuah pakaian yang dikenakan oleh para santri salaf, PonPes Dawar. Entah hukum apa yang menyatukanku dengan pondok ini, sedari sadar jasadku sudah disini dan menjalankan perintah guse serta sendiko dawuh saja ketika diri ini diminta untuk ke pondok Dawar untuk membantu dan mengajar anak – anak santri yang baru. Hingga begitu menyatunya, aku (yang hanya santri biasa) begitu akrab dengan keluarga kyai bahkan sudah dianggap keluarga, dan atau bagi santri baru aku diminta untuk mondok disini saja.
Tak enak hati ketika panggilan “gus” disandangkan kepadaku, kebanyakan santri Dawar dan mereka yang lain pun turut mengundang dengan sebutan itu, Gus. Mungkin saja karena aku terlalu dekat dengan guse, 6 tahun berjalan aku dan dia bersama entah susah atau senang. Ahh.. begitu indah jika ditumpahkan segala cipatran cerita bagaimana kisah yang sejak awal hingga sekarang bersamanya, panggilan “mbah” pun dari dia (yang hingga sekarang) aku akrab dengan sebutan mbah’Hend. Bukan karena aku mengalap menjadi gus, namun sekedar mengharap do’a dan harapan atas yang mereka sebut terhadap, bahkan dibenakku tak ada fikiran yang melintas supaya kelak menjadi kyai, hanyalah ingin menjadi seorang yang bermanfaat dan menjadi seniman yang berhati kyai (kusesuaikan hobiku yang suka nyoret-nyoret).
Cerita ini akan berlanjut pada pengalaman 19 hari mengabdiku!!

Senin, 25 Mei 2015

aku lelah..

aku lelah..
lelah dengan semua ini:
lelah dengan kondisi keluarga yg tetap seperti itu
lelah dengan teman sekitar yg seenaknya sendiri
lelah dengan persoalan hidup yg tiada henti
lelah dengan keadaan yg dibuat seenaknya oleh orang lain yg tanpa berfikir panjang
lelah dengan.. ahh sudahlah!!
aku benar-benar lelah..
tak ada yg bisa mengerti bagaimana keadaanku (kecuali ibuk dan Allah)
bahkan kekasihku sendiri, "punya pacar kayak gak punya pacar" #secara kasarnya
namun ada bocah kecil yg sedikit mengertiku (karena latar kita sama), yeah.. dek bulan.
aku adalah aku, aku bukan dia, meraka atau siapapun..
tak ada hak bagi kalian untuk berkomentar tentang hidupku, sedangkan diri kalian sendiri masih butuh banyak koreksi.
kalian hanya melihat hidup seseorang dari luarnya, tanpa mau melihat isi dari kehidupannya.
ikhlas @ kunci kehidupan, sabar dan diam @ pilihan diriku kini, aku masih bisa menjalani ini semua walaupun mulai tak terkontrol, mulai menggerutu.. mulai lagi menanyakan kenapa? kapan?
aku tak menyalahkanmu, tak menyalahkan dia, tak menyalahkan siapapun. aku hanya merasa lelah, lelah dengan keadaan..
salah kalian hanyalah kalian tak mau berfikir bagaimana keadaan seseorang dan bertindak sesuatu yg membuat orang lain merasa sendiri dan terpinggirkan.

walau mulut bungkam tapi hati dan tangan berbicara.
"aku ingin kita seperti dulu lagi!!" (kita:aku dan kekasih hatiku, red)
‪#‎justhope‬

Kamis, 12 Februari 2015

Pengalaman Nyantri

Pengalaman nyantri:
-4 tahun di PP Nurul Huda Damarwulan Jepara (2005-2009)
-4 tahun di PP Raudlatul Ulum Guyangan Pati (2009-2013)
(sisanya mondok kilat atau istilahnya “posonan”, jadi mondoknya Cuma pas bulan Puasa gitu
biasanya 20 harian. Nyong pernah ngrasain posonan di Pondok tahfidz Qur’an di Solotigo 2013
sama di PP Hidayatul Mubtadi’ien Lirboyo Kediri 2014)
(selainnya lagi [hehe] pernah sowan, ngaji atau nyambang temen gitulah yg mondok ditempat itu;
yg paling sering tuh di Pondok al Munawwir Krapyak Jogja (kecuali di komplek putri :D),
di PP Tegalrejo Magelang, Pondok’e cak miq Purworejo, Pondok’e gus Ulin Secang,
dll (gak perlu ditulis coz pondok kecil n nggk terkenal, hehe)
Pengalaman paling berkesan:
-Ngaji kitab kuning (ma’nani.. sambal tiduran khususnya haha)
-bergelut dengan peraturan2 ketat dunia pesantren (yg lain pernah dipukulin keamanan,
diguyur air comberan, dipopol dll.. tp Alhamdulillah nyong gak pernah dita’zir
maklum, santri teladan. Haha sombong (padahal sering nglanggar, saying aja pengurusnya gak tau)
gitu kok dijadiin santri teladan di pondok.. ya gak pantes tho))
-Menghafal nadzom2 tertentu yg susahnya luar biasa.. macam al Fiyyah, Qowa’id, Juz ‘amma dll)
-Pas mondok di Pondoknya yi Thi Pati dulu pernah 2 tahun gak ngrokok karena memang dilarang
(sebelumnya pondokku peraturan bebas rokok, nah.. setelah tau celah buat ngrokok biar gak ketahuan
pengurus, sejak itu mulai rokok lagi. Tp tetep.. jadi perokok pasif (bahaya kan..)
-nah,, ini yg tak terlupakan kang.. punya adik2an, yeah..
dulu pas mondok di Guyangan yg kompleknya A sampe G itu, nyong punya adik2an di stiap komplek itu (parah kan..) parah lg ada istilah meril  jare santri Lirboyo. Yaa bgtulah, perbuatan yg kurang baik tp baik buat penyemangat dipondok yg gak bisa ketemu cewek.. wkwk
Masih banyak lainnya, sekarang buat yg baca coretan ini share aja pengalamanmu.. atau yg belum pernah nyantri moga aja ada greget buat mondok yg segitu banyak ilmu n pengalaman yg bisa di dapat. Jangan jadi silent reader Kang!!!

Rabu, 07 Januari 2015

Engkau Sang Tholibah!!

Dalam malam kelam yang terus tenggelam
Dalam kesendirian yang dalam dan kelam
Aku merasa dengan kau aku berdua Meskipun aku tetap sendiri jua
Engkau dekat tapi juga jauh
Engkau jauh tapi juga dekat
Rindu dan tak rindu bertarung dalam jiwaku luruh
Kapankah aku betul-betul akan rehat?
Sebetulnya aku sudah tak tahan ingin pergi mendekatimu
Tapi engkau yang jauh selalu menjauh ketika kudidekatmu
Tak pernah terpuaskan rasa rinduku padamu
Akibatnya kumerasa sunyi sendiri dan rindu sendiri
Aku selalu rindu untuk jumpa engkau dan memeluk engkau
Kapan engkau mau bertandang abadi dalam rumah jiwaku?
Tanpa akhir aku terus menunggumu Sekalipun sampai berjuta-juta windu berlalu
Engkaulah Sang Tholibah Bertandang pernah engkau ke rumah jiwaku cuma hanya sebentar
Lalu engkau pergi lagi meneruskan ziarahmu yang tak pernah berakhir
Membuat batin dan akalku di belakang jejak-jejakmu hingar tersihir
Aku telah sediakan sebuah kendi tanah liat di depan rumahku
Supaya engkau mereguknya saat kau haus dalam perjalananmu
Seraya kuberharap kau mau lagi mampir Lalu kau memberkatiku supaya aku serba mahir menyihir
Tapi kau hanya menatap tajam sepasang mataku dalam-dalam
Kutangkap pesan-pesanmu yang abadi bagi jiwaku
Sungguh kuingin mendekap engkau Tapi kau mengelak lalu melangkah terus dengan diam
Aku sungguh tak tahan Lalu aku mengikutimu dari belakang dengan diam-diam
Sekali-kali kau menoleh ke belakang ke arahku perlahan tertahan
Tapi kau berjalan terus sampai tiba kelam temaram
Saat malam gelap tiba bagi jiwaku Aku lelah dan mengambil rehat
Tapi engkau yang abadi teguh meneruskan ziarahmu
Membuat jiwaku sungguh merana, haus dan penat
Kau Sang Tholibah sejati Aku hanyalah kekasihmu yang mengabdi sejati hati
Tak dapat aku menggenggammu sampai aku kembali Bagiku kau serba teka-teki abadi
Dalam kesendirian di malam yang kelam Aku menatap sunyi menembus dinding
Tapi aku tahu aku berdua denganmu bermalam-malam
Bayang-bayangmu yang hitam terang menutup diriku berkeliling
Aku rindu terhadap rindu Sampai kapankah aku terpuaskan?
Tidak pernah! Itu abadi! Itu takdirku! Kuterima dengan ikhlas dan rela nian!
Sang Malam sunyi sendirian Kelam tak berteman
Walau bintang-bintang terang bertaburan Memantik Nur dalam kalbu tak tertahan
Kau Sang Tholibah Aku hanya sang penanya yang tak “Genah”

Yogyakarta, 15 September 2014