Jumat, 11 September 2015

Laa Tahzan!!
Jika tak ada pundak untuk bersandar,
Masih ada lantai untuk bersujud..

Adalah sebuah coretan singkat yang tertera pada sebuah pakaian yang dikenakan oleh para santri salaf, PonPes Dawar. Entah hukum apa yang menyatukanku dengan pondok ini, sedari sadar jasadku sudah disini dan menjalankan perintah guse serta sendiko dawuh saja ketika diri ini diminta untuk ke pondok Dawar untuk membantu dan mengajar anak – anak santri yang baru. Hingga begitu menyatunya, aku (yang hanya santri biasa) begitu akrab dengan keluarga kyai bahkan sudah dianggap keluarga, dan atau bagi santri baru aku diminta untuk mondok disini saja.
Tak enak hati ketika panggilan “gus” disandangkan kepadaku, kebanyakan santri Dawar dan mereka yang lain pun turut mengundang dengan sebutan itu, Gus. Mungkin saja karena aku terlalu dekat dengan guse, 6 tahun berjalan aku dan dia bersama entah susah atau senang. Ahh.. begitu indah jika ditumpahkan segala cipatran cerita bagaimana kisah yang sejak awal hingga sekarang bersamanya, panggilan “mbah” pun dari dia (yang hingga sekarang) aku akrab dengan sebutan mbah’Hend. Bukan karena aku mengalap menjadi gus, namun sekedar mengharap do’a dan harapan atas yang mereka sebut terhadap, bahkan dibenakku tak ada fikiran yang melintas supaya kelak menjadi kyai, hanyalah ingin menjadi seorang yang bermanfaat dan menjadi seniman yang berhati kyai (kusesuaikan hobiku yang suka nyoret-nyoret).
Cerita ini akan berlanjut pada pengalaman 19 hari mengabdiku!!