Senin, 09 Mei 2016

Mimpi Mahameru 8 Santri

Gunung semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan puncak tertingginya Mahameru (3.676 mdpl). Salah satu rute yang sangat diminati pendaki. Biasanya pendaki akan betah digunung ini karena pemandangannya yang indah. Terutama disekitar ranu kumbolo.
Desa terakhir yang harus kita lewati untuk menuju puncak Mahameru adalah desa Ranu Pane. Untuk menuju Ranupane bisa dari kota malang atau lumajang. Dari terminal kota malang naik angkutan umum menuju desa Tumpang. Dilanjutkan dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di belakang pasar terminal Tumpang. Di Ranu Pane terdapat Pos pemeriksaan, warung dan pondok penginapan. Pendaki juga dapat bermalam di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni danau (ranu) pani (1 ha) dan ranu regulo (0,75 ha). Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl.

Ada dua jalur yang bisa ditempuh dari Desa Ranu Pane menuju Mahameru. Tetapi kedua jalur tersebut akan bertemu di Ranu Kumbolo.
1. Jalur Pendakian Gunung Semeru via Watu Rejeng.
2. Jalur Pendakian Gunung Semeru via Gunung Ayek-Ayek.




Jalur Pendakian Watu Rejeng

Ranu Pane - Watu Rejeng - Ranu Kumbolo

Biasanya bagi pendaki yang baru pertama kali ke gunung Semeru akan sulit menemukan jalur pendakian, kadang malah hanya berputar disekitar desa Ranu Pane. Sebaiknya setelah menemukan gapura selamat datang, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk.

Jalur awal yang kita lalui cukup landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi tumbuhan alang-alang.Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, kita ikuti saja tanda ini. Kadang terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala, sehingga kita harus sering merundukkan kepala, tas keril yang tinggi sangat tidak nyaman.

Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, kita akan sampai di Watu Rejeng. Kita akan melihat batu terjal yang sangat indah. Kita saksikan pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala kita dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Dari sini kita bisa menuju pos pendakian di Ranu Kumbolo yang masih harus kita tempuh dengan jarak sekitar 4,5 Km.

Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki melewati Watu Rejeng, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam dengan melintasi Gunung Ayek-ayek.

Setibanya di Ranu Kumbolo sebaiknya kita mendirikan tenda karena disini terdapat danau yang memiliki air bersih, dan juga pemandangan disini sangat indah. Biasanya pendaki akan betah berada disini, ditambah pemandangan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha.

Ranu Kumbolo - Oro Oro Ombo - Cemoro Kandang

Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo kita mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah dibelakang ke arah danau. Di depan bukit kita terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo.

Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel. Selanjutnya kita memasuki hutan Cemara dimana kadang-kadang kita jumpai burung dan kijang. Banyak terdapat pohon tumbang sehingga kita harus melangkahi atau menaikinya. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang.


Cemoro Kandang - Pos Kalimati

Dari Cemoro Kandang kita akan menuju Pos Kalimati yang berada pada ketinggian 2.700 m, disini kita dapat mendirikan tenda untuk beristirahat dan mempersiapkan fisik. Kemudian meneruskan pendakian pada pagi-pagi sekali pukul 24.00. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun. Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi.

Di Kalimati banyak terdapat tikus gunung bila kita mendirikan tenda dan ingin tidur sebaiknya menyimpan makanan dalam satu tempat yang aman.

Pos Kalimati - Arcopodo

Untuk menuju Arcopodo kita berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu.

Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m. Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya kita akan melewati bukit pasir.

Arcopodo - Puncak Mahameru

Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam (santai), melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Semua barang bawaan sebaiknya kita tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo. Badan dalam kondisi segar, dan efektif dalam menggunakan air. Perjalanan pada siang hari medan yang dilalui terasa makin berat selain terasa panas juga pasir akan gembur bila terkena panas.

Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka. Di puncak Gunung Mahameru (Semeru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajad Celcius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajat Celcius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari.

Senin, 25 April 2016

aku yo mung sopo?

Pitakonan kang rasah digawe pitakonan. Amargo pitakonan kuwi wis nggowo jawabane dhewe. Jawabane yo mung ono ing awak. Awak kang ora mung mligi wadag. Nanging awak kang nyawiji jiwo lan rogo.
Ono ing sak njerone rogo, ono jiwo. Jiwo kuwi kang diarani ruh.

Sopo wae, kabeh wae, opo wae kang dadi gaweane, kepiye wae penganggone, ono ing ngendi wae panggonane, ora ono sing luput seko sejatining diri. Sejatining sopo to aku iki. Ananging sakbanjure ruh kang tumurun lan lumaku ing jagat iki, yo anamung kacacah dadi loro. Sing sepisan, ruh sing nurut marang pituduh kang ngelingke marang janjine rikolo ono ing alam azali. Sing kapindho, ruh sing mung sawantah nuruti bisikane syetan, howo nepsu sesat lan akal pikiran sing nerjang dhawuhe Gusti, nglirwak’ake pituduh sejatining diri. Pituduh kang nyoto. Yo qur’an lan hadist. Pituduh kang ndalanke menungso yo ruh iki, marang pepesten kang apik. Pepesten kang nggowo ruh didalanke marang janjine rikolo aneng alam azali.

Jumat, 11 September 2015

Laa Tahzan!!
Jika tak ada pundak untuk bersandar,
Masih ada lantai untuk bersujud..

Adalah sebuah coretan singkat yang tertera pada sebuah pakaian yang dikenakan oleh para santri salaf, PonPes Dawar. Entah hukum apa yang menyatukanku dengan pondok ini, sedari sadar jasadku sudah disini dan menjalankan perintah guse serta sendiko dawuh saja ketika diri ini diminta untuk ke pondok Dawar untuk membantu dan mengajar anak – anak santri yang baru. Hingga begitu menyatunya, aku (yang hanya santri biasa) begitu akrab dengan keluarga kyai bahkan sudah dianggap keluarga, dan atau bagi santri baru aku diminta untuk mondok disini saja.
Tak enak hati ketika panggilan “gus” disandangkan kepadaku, kebanyakan santri Dawar dan mereka yang lain pun turut mengundang dengan sebutan itu, Gus. Mungkin saja karena aku terlalu dekat dengan guse, 6 tahun berjalan aku dan dia bersama entah susah atau senang. Ahh.. begitu indah jika ditumpahkan segala cipatran cerita bagaimana kisah yang sejak awal hingga sekarang bersamanya, panggilan “mbah” pun dari dia (yang hingga sekarang) aku akrab dengan sebutan mbah’Hend. Bukan karena aku mengalap menjadi gus, namun sekedar mengharap do’a dan harapan atas yang mereka sebut terhadap, bahkan dibenakku tak ada fikiran yang melintas supaya kelak menjadi kyai, hanyalah ingin menjadi seorang yang bermanfaat dan menjadi seniman yang berhati kyai (kusesuaikan hobiku yang suka nyoret-nyoret).
Cerita ini akan berlanjut pada pengalaman 19 hari mengabdiku!!

Senin, 25 Mei 2015

aku lelah..

aku lelah..
lelah dengan semua ini:
lelah dengan kondisi keluarga yg tetap seperti itu
lelah dengan teman sekitar yg seenaknya sendiri
lelah dengan persoalan hidup yg tiada henti
lelah dengan keadaan yg dibuat seenaknya oleh orang lain yg tanpa berfikir panjang
lelah dengan.. ahh sudahlah!!
aku benar-benar lelah..
tak ada yg bisa mengerti bagaimana keadaanku (kecuali ibuk dan Allah)
bahkan kekasihku sendiri, "punya pacar kayak gak punya pacar" #secara kasarnya
namun ada bocah kecil yg sedikit mengertiku (karena latar kita sama), yeah.. dek bulan.
aku adalah aku, aku bukan dia, meraka atau siapapun..
tak ada hak bagi kalian untuk berkomentar tentang hidupku, sedangkan diri kalian sendiri masih butuh banyak koreksi.
kalian hanya melihat hidup seseorang dari luarnya, tanpa mau melihat isi dari kehidupannya.
ikhlas @ kunci kehidupan, sabar dan diam @ pilihan diriku kini, aku masih bisa menjalani ini semua walaupun mulai tak terkontrol, mulai menggerutu.. mulai lagi menanyakan kenapa? kapan?
aku tak menyalahkanmu, tak menyalahkan dia, tak menyalahkan siapapun. aku hanya merasa lelah, lelah dengan keadaan..
salah kalian hanyalah kalian tak mau berfikir bagaimana keadaan seseorang dan bertindak sesuatu yg membuat orang lain merasa sendiri dan terpinggirkan.

walau mulut bungkam tapi hati dan tangan berbicara.
"aku ingin kita seperti dulu lagi!!" (kita:aku dan kekasih hatiku, red)
‪#‎justhope‬

Kamis, 12 Februari 2015

Pengalaman Nyantri

Pengalaman nyantri:
-4 tahun di PP Nurul Huda Damarwulan Jepara (2005-2009)
-4 tahun di PP Raudlatul Ulum Guyangan Pati (2009-2013)
(sisanya mondok kilat atau istilahnya “posonan”, jadi mondoknya Cuma pas bulan Puasa gitu
biasanya 20 harian. Nyong pernah ngrasain posonan di Pondok tahfidz Qur’an di Solotigo 2013
sama di PP Hidayatul Mubtadi’ien Lirboyo Kediri 2014)
(selainnya lagi [hehe] pernah sowan, ngaji atau nyambang temen gitulah yg mondok ditempat itu;
yg paling sering tuh di Pondok al Munawwir Krapyak Jogja (kecuali di komplek putri :D),
di PP Tegalrejo Magelang, Pondok’e cak miq Purworejo, Pondok’e gus Ulin Secang,
dll (gak perlu ditulis coz pondok kecil n nggk terkenal, hehe)
Pengalaman paling berkesan:
-Ngaji kitab kuning (ma’nani.. sambal tiduran khususnya haha)
-bergelut dengan peraturan2 ketat dunia pesantren (yg lain pernah dipukulin keamanan,
diguyur air comberan, dipopol dll.. tp Alhamdulillah nyong gak pernah dita’zir
maklum, santri teladan. Haha sombong (padahal sering nglanggar, saying aja pengurusnya gak tau)
gitu kok dijadiin santri teladan di pondok.. ya gak pantes tho))
-Menghafal nadzom2 tertentu yg susahnya luar biasa.. macam al Fiyyah, Qowa’id, Juz ‘amma dll)
-Pas mondok di Pondoknya yi Thi Pati dulu pernah 2 tahun gak ngrokok karena memang dilarang
(sebelumnya pondokku peraturan bebas rokok, nah.. setelah tau celah buat ngrokok biar gak ketahuan
pengurus, sejak itu mulai rokok lagi. Tp tetep.. jadi perokok pasif (bahaya kan..)
-nah,, ini yg tak terlupakan kang.. punya adik2an, yeah..
dulu pas mondok di Guyangan yg kompleknya A sampe G itu, nyong punya adik2an di stiap komplek itu (parah kan..) parah lg ada istilah meril  jare santri Lirboyo. Yaa bgtulah, perbuatan yg kurang baik tp baik buat penyemangat dipondok yg gak bisa ketemu cewek.. wkwk
Masih banyak lainnya, sekarang buat yg baca coretan ini share aja pengalamanmu.. atau yg belum pernah nyantri moga aja ada greget buat mondok yg segitu banyak ilmu n pengalaman yg bisa di dapat. Jangan jadi silent reader Kang!!!

Rabu, 07 Januari 2015

Engkau Sang Tholibah!!

Dalam malam kelam yang terus tenggelam
Dalam kesendirian yang dalam dan kelam
Aku merasa dengan kau aku berdua Meskipun aku tetap sendiri jua
Engkau dekat tapi juga jauh
Engkau jauh tapi juga dekat
Rindu dan tak rindu bertarung dalam jiwaku luruh
Kapankah aku betul-betul akan rehat?
Sebetulnya aku sudah tak tahan ingin pergi mendekatimu
Tapi engkau yang jauh selalu menjauh ketika kudidekatmu
Tak pernah terpuaskan rasa rinduku padamu
Akibatnya kumerasa sunyi sendiri dan rindu sendiri
Aku selalu rindu untuk jumpa engkau dan memeluk engkau
Kapan engkau mau bertandang abadi dalam rumah jiwaku?
Tanpa akhir aku terus menunggumu Sekalipun sampai berjuta-juta windu berlalu
Engkaulah Sang Tholibah Bertandang pernah engkau ke rumah jiwaku cuma hanya sebentar
Lalu engkau pergi lagi meneruskan ziarahmu yang tak pernah berakhir
Membuat batin dan akalku di belakang jejak-jejakmu hingar tersihir
Aku telah sediakan sebuah kendi tanah liat di depan rumahku
Supaya engkau mereguknya saat kau haus dalam perjalananmu
Seraya kuberharap kau mau lagi mampir Lalu kau memberkatiku supaya aku serba mahir menyihir
Tapi kau hanya menatap tajam sepasang mataku dalam-dalam
Kutangkap pesan-pesanmu yang abadi bagi jiwaku
Sungguh kuingin mendekap engkau Tapi kau mengelak lalu melangkah terus dengan diam
Aku sungguh tak tahan Lalu aku mengikutimu dari belakang dengan diam-diam
Sekali-kali kau menoleh ke belakang ke arahku perlahan tertahan
Tapi kau berjalan terus sampai tiba kelam temaram
Saat malam gelap tiba bagi jiwaku Aku lelah dan mengambil rehat
Tapi engkau yang abadi teguh meneruskan ziarahmu
Membuat jiwaku sungguh merana, haus dan penat
Kau Sang Tholibah sejati Aku hanyalah kekasihmu yang mengabdi sejati hati
Tak dapat aku menggenggammu sampai aku kembali Bagiku kau serba teka-teki abadi
Dalam kesendirian di malam yang kelam Aku menatap sunyi menembus dinding
Tapi aku tahu aku berdua denganmu bermalam-malam
Bayang-bayangmu yang hitam terang menutup diriku berkeliling
Aku rindu terhadap rindu Sampai kapankah aku terpuaskan?
Tidak pernah! Itu abadi! Itu takdirku! Kuterima dengan ikhlas dan rela nian!
Sang Malam sunyi sendirian Kelam tak berteman
Walau bintang-bintang terang bertaburan Memantik Nur dalam kalbu tak tertahan
Kau Sang Tholibah Aku hanya sang penanya yang tak “Genah”

Yogyakarta, 15 September 2014